Di Taman Wisata Gunung Tangkuban Parahu. (Sumber gambar) |
Heal the world, make it a better place…
For you and for me and the entire human race.
There are people dying, if you care enough for the living.
Make a better place for you and for me.
(Heal the World – Michael Jackson)
Saya
baru tahu kalau lagu itu bisa terasa sangat magis, tepatnya setelah
menyanyikannya pada tengah malam di suatu tempat di Lembang, mengitari api
unggun sambil bergandengan tangan dengan sekitar empat puluh orang peserta
kegiatan BEYOND ASEAN 2015.
Minggu
lalu saya menghabiskan waktu di Bandung untuk mengikuti kegiatan BEYOND
(Be a Young Hero on Disasters) ASEAN, yaitu sebuah program yang
bertujuan untuk membangun komunitas pemuda ASEAN yang terberdayakan dalam upaya
pencegahan dan mitigasi bencana. Diselenggarakan oleh beberapa alumni program fellowship ke Amerika Serikat tahun 2014
dan didukung penuh oleh Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI), kegiatan BEYOND ASEAN ini dikemas dalam
bentuk workshop selama tiga hari, diadakan
di Bandung tanggal 5-7 Juni 2015 (untuk pemuda-pemudi Indonesia) dan di
Bacolod, Filipina tanggal 19-21 Juni 2015 (untuk pemuda-pemudi Filipina).
Perjalanan
saya bermula pada tanggal 12 Mei ketika sebuah email datang ke kotak masuk
saya, memberitahukan bahwa saya terpilih untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Senang bukan kepalang rasanya. Hahaha.
Singkat
cerita, tanggal 3 Juni 2015, saya menghabiskan nyaris tujuh belas jam di Kereta
Api Malabar untuk berangkat ke Bandung bersama dua orang lain yang juga tinggal
di Malang. Sampai di Bandung pada pagi hari tanggal 4 Juni, kami memanfaatkan waktu
dengan jalan-jalan bersama beberapa peserta lain karena acara yang sebenarnya
baru dimulai pada hari Jumat, 5 Juni 2015. Pada tanggal 4 Juni tersebut, kami
mengunjungi spot-spot menarik di
sekitar Museum Konperensi Asia-Afrika, dipandu oleh para peserta lain yang
berdomisili di Bandung dan seorang pemuda—teman salah satu peserta—yang kami
panggil Mas Hesan, yang belakangan baru saya tahu ternyata berkarir di
Kementerian Luar Negeri.
Ngomong-ngomong,
saya baru tahu kalau penulisan KAA memang pakai huruf “p”. KonPerensi, bukan
konferensi. Padahal saya pernah nyinyir
dalam hati saat melihat salah satu stasiun televisi yang menyiarkan liputan
Peringatan KAA bulan April lalu dengan menuliskan “Konperensi Asia-Afrika”. Yah,
waktu itu saya kira typo. Ternyata… ah,
sudahlah. Tanah Sunda memang unik pisan ya... Hahaha.
Jumat, 5 Juni 2015
Hari
Jumat, 5 Juni 2015, kegiatan BEYOND ASEAN dibuka di Bale Rumawat Universitas
Padjajaran, dengan agenda seminar sehari penuh. Acara hari pertama ini diawali
dengan internasional seminar oleh perwakilan dari beberapa
institusi, diantaranya Mr. Harlan Hale dari USAID of US Foreign
Disasters Assistance, lalu Bapak Danny Hilman dari LIPI, Bapak Janggam
Adityawarman dari AHA Centre, dan Bapak
Purwoko Adi Nugroho dari Japan
Foundation. Seminar internasional ini membahas tentang peran
organisasi-organisasi internasional dalam penanggulangan bencana dan kondisi
Indonesia yang rawan bencana alam.
Sesi pertama berlangsung hingga pukul
sebelas, lalu dilanjutkan setelah ibadah salat Jumat dengan sesi plenary talk oleh Bapak Asep Iqbal dari Aksi Cepat Tanggap (ACT), Bapak Agung Riyadi dari Media Center @infobencana,
lalu dilanjutkan oleh Bapak Irwan Meilano, pakar mitigasi bencana gempa bumi
dari Institut Teknologi Bandung.
Lalu sesi ketiga adalah Youth Talk, menghadirkan
tiga pemuda luar biasa yang menceritakan pengalaman mereka “berurusan”
dengan bencana, yaitu Sabrina
Anggraini dari Universitas Gadjah Mada, Larasati Purnomo dari Institut Teknologi Bandung, dan seorang gadis
bernama Dhaniar Meuthia Rani yang merupakan korban tsunami Aceh 2004. Dengan
aplikasi Quick Disasters yang
dikembangkan pada Google Glass, Sabrina
bersama timnya mendapat penghargaan global winner pada tahun 2014 dalam kompetisi "Code For Resilience" di London. Sedangkan pembicara kedua, Larasati, merupakan awardee program HANDs Project yang diselenggarakan oleh Japan Foundation.
Dari
sesi Youth Talk ini, saya akhirnya tahu bahwa sebenarnya banyak sekali
pemuda-pemudi Indonesia yang berkarya dan berupaya membantu masyarakat dalam pencegahan
dan mitigasi bencana. Ya… semoga semangat seperti ini akan selalu ada.
Sabtu, 6 Juni 2015
Berangkat
dari penginapan di kawasan Lembang, kegiatan BEYOND ASEAN hari kedua adalah field trip ke Stasiun Pemantauan Gempa
Bumi milik Badan Geologi yang terletak di puncak Gunung Batu, Langensari –
Lembang, lalu mengunjungi kawah Gunung Tangkuban Parahu. Kegiatan hari kedua ini
dipandu oleh Bapak Dicky Muslim dari Fakultas Teknik Geologi Universitas
Padjadjaran.
Berdasarkan
handout yang kami bawa selama field trip, Gunung Batu adalah bagian
dari patahan Lembang yang merupakan salah satu sesar, berupa retakan sepanjang
22 km melintang dari timur ke barat. Patahan ini tepat berada di antara Gunung
Tangkuban Parahu dan dataran Bandung sehingga membentuk dua blok (utara dan
selatan) yang bila bergerak akan mengirim gempa. Satu hal yang sempat membuat
saya terkejut adalah fakta bahwa jika patahan sepanjang 22 km ini bergerak
sekaligus, gempa yang dihasilkan bisa mencapai 6,7 Skala Richter.
Jadi, di
lokasi ini, kami melihat pemandangan Bandung dari ketinggian, sambil mencoba
mengidentifikasi bahaya-bahaya seperti apa yang mungkin muncul jika gempa
terjadi.
Oh ya,
ini kali pertama saya tahu bagaimana rasanya mendaki—meski tidak se-ekstrem
mendaki gunung betulan seperti yang akhir-akhir ini menjadi tren di kalangan
anak-anak muda. Hahaha. Tapi field trip kami
ini bukan semata-mata ikut-ikutan tren, melainkan kegiatan yang bertujuan
supaya kami bisa secara langsung belajar mengenali gejala-gejala bencana
geologi seperti gempa bumi dan letusan gunung api.
Setelah
mengunjungi Gunung Batu, kami melanjutkan perjalanan menuju kawah Gunung
Tangkuban Parahu, salah satu gunung api aktif di Jawa Barat. Ngomong-ngomong,
tidak pernah sekali pun terbayangkan di pikiran saya sebelumnya untuk
mengunjungi gunung yang dulu hanya saya kenal lewat legenda Sangkuriang-Dayang
Sumbi itu.
Di area
kawah Gunung Tangkuban Parahu, kami berkeliling dalam kelompok-kelompok dan sekali
lagi kami mencoba mengidentifikasi bahaya-bahaya apa yang sekiranya bisa muncul
jika terjadi erupsi, mengingat lokasi tersebut juga merupakan taman wisata alam
yang dibuka untuk umum.
Sekitar
pukul dua siang, kami sampai di penginapan dan kegiatan dilanjutkan dengan pemberian
materi tentang perubahan iklim. Pada sesi tersebut, kami diberi
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan perubahan iklim, termasuk
bagaimana caranya beradaptasi dan bagaimana perubahan iklim bisa memicu
terjadinya bencana-bencana alam tertentu.
Kegiatan
hari kedua bisa dibilang sangat padat karena setelah menerima materi perubahan
iklim tersebut, kami langsung kembali ke formasi kelompok beranggotakan 4-5
orang untuk mendiskusikan project apa
yang bisa diterapkan di masyarakat pascaprogram BEYOND ASEAN sebagai upaya
pencegahan dan mitigasi bencana alam. Diskusi ini cukup menguras pikiran dan
energi karena masing-masing anggota kelompok punya latar belakang bencana yang
berbeda di daerah asalnya. Di kelompok saya, contohnya, Septian Sugara, seorang
mahasiswa UPI dan Salis Deris dari IPB sama-sama concern pada bencana banjir, sedangkan saya dan satu anggota lain
bernama Deddy Martunas Nainggolan dari Medan fokus pada erupsi gunung api: saya
dengan Gunung Kelud dan Deddy dengan Gunung Sinabung yang bahkan sampai saat
ini masih “bergolak”.
Selain
itu, kami juga “diiming-imingi” dana masing-masing sebesar US$300 untuk tiga
kelompok dengan rancangan project terbaik.
Untungnya, sebelum diskusi dimulai, kami sudah diberi sedikit pengarahan oleh
Mohammad Yusuf dan Christian James Nazareth—masing-masing merupakan project leader BEYOND ASEAN Indonesia
dan BEYOND ASEAN Filipina—tentang bagaimana membuat rancangan project yang bagus dan menarik.
Sekitar
pukul sembilan, setelah makan malam, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi
rancangan proyek dari tiap-tiap kelompok. Kelompok saya maju di urutan keempat
kalau tidak salah, memaparkan rancangan proyek pencegahan banjir yang telah
kami diskusikan sebelumnya—karena erupsi gunung api tentu tidak bisa dicegah,
hahaha. Alhamdulillah semua berjalan
lancar, meskipun agak ngeri-ngeri sedap juga, karena itu adalah kali pertama
saya mempresentasikan sesuatu yang bukan bidang saya—bukan berkaitan dengan
matematika atau pendidikan—dalam bahasa Inggris.
Setelah
presentasi dan sesi komentar dari juri selesai, panitia mengarahkan kami ke
halaman penginapan dan ternyata sudah ada api unggun di sana. Lalu, ya… kami
duduk melingkar, mengelilingi api unggun sambil melakukan games dan melontarkan guyonan-guyonan ringan supaya bisa lebih
mengenal satu sama lain. Acara tengah malam itu diakhiri dengan menyanyikan
lagu Heal the World yang sudah saya
singgung di bagian awal. Magis sekali lho, suasananya…
Minggu, 7 Juni 2015
Kegiatan
hari terakhir sifatnya hiburan, berupa outbond
di sekitar area penginapan. Ada juga lomba membuat rekaman video dengan
tema bebas berdurasi dua menit yang ujung-ujungnya malah memicu olok-olokan di
grup Facebook karena ada kelompok yang hasil videonya… hmmm… bagaimana
ngomongnya ya… videonya “amat sangat keren sekali” sampai-sampai kami semua
tidak mengerti video itu maksudnya apa dan konsepnya bagaimana.
Ya,
begitulah intinya. Saya tahu, menyebarkan aib itu bukan perbuatan yang baik.
Hahaha.
Sekitar
pukul dua belas siang, kegiatan BEYOND ASEAN ditutup dengan pengumuman pemenang
proyek. Oh, bukan... Bukan kelompok saya yang menang—meskipun sebenarnya
rancangan kami juga keren. Hahaha. Saya akui tiga proyek yang memenangkan grant US$300 itu memang lebih keren,
yaitu 1) #DisasterWhatever, 2) Ketoprak Ongkek, dan 3) Disaster Creative Mapping and Education
(DCME).
Nah, penasaran
seperti apa kerennya tiga proyek tersebut?
Stay tuned, pantau terus informasinya
di fanpage Beyond ASEAN!
Be informed. Be empowered.
Be BEYOND!
1 Comments
Bet365 Casino & Promos 2021 - JTM Hub
ReplyDeleteFull 바카라 list of Bet365 Casino & Promos ventureberg.com/ · Up to £100 in Bet Credits for new 출장안마 customers at bet365. Min deposit £5. Bet Credits available for use upon หาเงินออนไลน์ settlement of worrione.com bets to value of